Berbeda dari persepsi umum, kajian mendalam tentang kelahiran Nabi Isa alaihissalam berdasarkan ajaran Al-Qur'an mengungkapkan fakta menarik. Sebagaimana dinyatakan dalam Surat Maryam ayat 16-36, Surat Ali 'Imran ayat 49-55, dan Surat Al-Ma'idah ayat 110-118, kehidupan Nabi Isa dijelaskan dengan rinci, termasuk konteks geografis dan musiman yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam hidupnya. Melalui analisis ini, menjadi jelas bahwa kelahiran beliau tidak terjadi pada bulan Desember seperti yang banyak diyakini, melainkan pada waktu ketika buah kurma masak, yaitu antara Juni hingga Juli.
Menurut penelitian Gus Musa Muhammad, kelahiran Nabi Isa lebih sesuai dengan musim panas daripada musim dingin. Ini didasarkan pada deskripsi dalam Al-Qur'an tentang pohon kurma yang sedang menghasilkan buah saat Nabi Isa dilahirkan. Dalam Surat Maryam, disebutkan bahwa seorang wanita, Maryam, mencari sandaran di pangkal pohon kurma ketika merasakan kontraksi untuk melahirkan anaknya. Ayat ini kemudian menjelaskan bagaimana Jibril memerintahkan Maryam untuk menggoyangkan batang pohon tersebut agar buah kurma matang jatuh kepadanya sebagai makanan. Fenomena ini tidak mungkin terjadi pada bulan Desember karena pohon kurma hanya menghasilkan buah pada musim semi hingga awal musim panas.
Selain itu, ulasan ini juga membahas perayaan Natal pada tanggal 25 Desember. Menurut ajaran Islam, Nabi Isa tidak pernah mengklaim dirinya atau ibunya sebagai dewa yang harus disembah. Fakta ini dijelaskan dalam Surat Al-Maidah, di mana Allah menyatakan bahwa Nabi Isa menegaskan keyakinan monoteisme—bahwa hanya Tuhan yang satu-satunya layak disembah. Dengan demikian, tradisi perayaan Natal tampaknya tidak memiliki dasar historis yang kuat dalam konteks agama Islam.
Kajian ini menunjukkan betapa pentingnya menggunakan sumber asli seperti Al-Qur'an untuk memahami peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah agama. Pengetahuan tentang musim kelahiran Nabi Isa memberikan wawasan baru bagi mereka yang ingin mempelajari detail-detail kecil namun signifikan dalam cerita agama.
Pemahaman akan kelahiran Nabi Isa berdasarkan Al-Qur'an tidak hanya memberikan perspektif baru tetapi juga menegaskan nilai-nilai inti agama, yakni pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan meneliti kembali narasi-narasi agama melalui lensa teks suci, kita dapat mengapresiasi sejarah agama secara lebih akurat dan mendalam.