Lonjakan IHSG Ditengah Ketidakpastian Ekonomi Global dan Lokal

May 6, 2025 at 10:15 AM

Pada perdagangan terbaru, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan hampir 1% di level 6.898, dengan sektor energi memimpin pertumbuhan. Meskipun demikian, data ekonomi domestik menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan, terutama setelah BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya sebesar 4,87%. Selain itu, harga minyak dunia anjlok akibat kebijakan OPEC+ dan ketegangan pasar global terkait resesi AS. Namun, sentimen positif masih mendominasi karena lonjakan harga emas, yang mendorong saham-saham perusahaan tambang seperti BRMS, MDKA, dan ARCI.

Peningkatan IHSG Ditengah Tantangan Ekonomi

Pada hari Senin, dalam suasana penuh dinamika, pasar modal Indonesia menyaksikan reli IHSG hingga mencapai nilai Rp 16,71 triliun. Pada momen tersebut, lebih dari 333 saham mencatatkan kenaikan, sementara sekitar 268 lainnya mengalami penurunan. Transaksi ini dilakukan atas dasar 23,19 miliar saham dalam total 1,25 juta kali transaksi. Di antara sektor-sektor yang berkontribusi besar, energi menjadi pemimpin dengan kenaikan 2,93%, disusul oleh bahan baku dan konsumer non-primer.

Dalam konteks yang lebih luas, pergerakan IHSG didorong oleh naiknya harga emas secara global, sebagai respons investor terhadap potensi resesi ekonomi AS. Hal ini tercermin dari kinerja gemilang beberapa saham perusahaan tambang emas seperti Bumi Resources Minerals (BRMS), Grup Saratoga (MDKA), dan Peter Sondakh (ARCI). Lonjakan harga emas ini juga turut meningkatkan kapitalisasi pasar hingga Rp 12.029,79 triliun.

Di sisi lain, harga minyak brent ditutup anjlok 1,7% ke angka US$ 60,23, mencerminkan kekhawatiran akan permintaan global yang melemah. Situasi ini semakin diperparah oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak. Pelaku pasar kini mengantisipasi hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS yang dijadwalkan pada Rabu malam waktu Indonesia.

Sebagai catatan, meskipun IHSG telah menguat selama tujuh hari berturut-turut, penting untuk melihat tren historis. Statistik menunjukkan bahwa selama periode Mei selama sepuluh tahun terakhir, IHSG cenderung melemah, kecuali pada tahun 2015 dan 2020.

Berita buruk datang dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya tumbuh 4,87%, angka terendah sejak pandemi tahun 2021. Perlambatan ini dapat berdampak luas jika tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah.

Dari perspektif internasional, pelaku pasar tetap waspada terhadap risiko geopolitik dan volatilitas harga komoditas global. Semua faktor ini menjadi elemen penting dalam menentukan arah pasar keuangan Indonesia minggu ini.

Reli IHSG yang terjadi membawa pesan optimisme bagi para pelaku pasar, namun tetap mengingatkan tentang pentingnya diversifikasi investasi. Dengan adanya tantangan ekonomi global dan lokal, langkah strategis diperlukan agar pasar tetap stabil. Investor harus mempertimbangkan sentimen global serta fundamental ekonomi nasional sebelum membuat keputusan investasi.