Pemerintah Indonesia berupaya menyeimbangkan hubungan dagang dengan Amerika Serikat melalui peningkatan impor produk energi dan komoditas lainnya. Dengan nilai perdagangan mencapai USD10 miliar, langkah ini bertujuan untuk mengurangi surplus perdagangan Indonesia terhadap AS dan menghindari potensi kenaikan tarif oleh pemerintahan Trump. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa impor akan difokuskan pada LPG, minyak mentah, serta bahan bakar minyak.
Selain sektor energi, Indonesia juga mempertimbangkan pembelian produk pertanian seperti gandum dan kedelai dari AS. Kerja sama dalam bidang modal, mineral strategis, serta prosedur impor yang lebih mudah menjadi bagian dari strategi negosiasi ini. Tujuannya adalah menciptakan kerjasama dagang yang adil dan saling menguntungkan antara kedua negara.
Peningkatan impor energi dari Amerika Serikat menjadi salah satu solusi utama bagi Indonesia guna menyeimbangkan surplus perdagangan dengan negara tersebut. Melalui rencana ini, Indonesia berharap dapat mengurangi risiko konflik akibat kebijakan tarif yang diterapkan AS. Fokus utama penambahan impor termasuk LPG, minyak mentah, dan bahan bakar minyak, dengan harapan neraca perdagangan menjadi lebih simetris.
Surplus perdagangan Indonesia dengan AS saat ini mencapai USD14,5 miliar. Untuk mengurangi ketidakseimbangan ini, pemerintah Indonesia telah merancang strategi dengan meningkatkan proporsi impor LPG dari 54% menjadi sekitar 80-85%. Selain itu, impor minyak mentah dari AS akan naik dari hanya 4% menjadi lebih dari 40%. Langkah-langkah teknis akan dibahas lebih lanjut bersama tim teknis dan Pertamina untuk memastikan implementasi yang efektif.
Bukan hanya sektor energi, Indonesia juga membuka peluang kerja sama dengan AS di bidang pertanian, modal, dan mineral strategis. Produk agrikultur seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai masuk dalam daftar barang yang dipertimbangkan untuk impor tambahan. Selain itu, upaya mempermudah prosedur impor produk-produk berkualitas dari AS menjadi salah satu agenda penting dalam negosiasi perdagangan ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa kerja sama tidak hanya terbatas pada transaksi antar-pemerintah, tetapi juga didorong secara business to business. Dengan pendekatan ini, diharapkan interaksi ekonomi antara kedua negara semakin kuat dan inklusif. Penawaran kerja sama di bidang mineral strategis juga menjadi salah satu elemen penting dalam memperkuat hubungan dagang bilateral. Keseluruhan strategi ini bertujuan menciptakan sinergi yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan Amerika Serikat.