IMF Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Karena Perang Tarif

Apr 23, 2025 at 7:37 AM

Organisasi internasional mengumumkan penyesuaian signifikan terhadap proyeksi ekonomi negara-negara Asia. Dana Moneter Internasional (IMF) memutuskan untuk menurunkan estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa negara besar di kawasan ini akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global. Ketidakpastian kebijakan dan perang tarif yang melibatkan Amerika Serikat telah berdampak luas pada perekonomian dunia, termasuk China, India, dan Jepang. Dengan kondisi ini, IMF juga merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi lebih rendah dari sebelumnya.

Pada tahun 2025, IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB China hanya akan mencapai 4%, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 4,6%. Sementara itu, India diproyeksikan tumbuh sekitar 6,2%, lebih rendah dibandingkan angka awal sebesar 6,5%. Tidak hanya dua raksasa tersebut, Jepang juga mengalami pemangkasan proyeksi pertumbuhan menjadi 0,6% dari 1,1%. Ketegangan perdagangan antara AS dengan mitra dagangannya, terutama China, disebut sebagai faktor utama dalam revisi ini.

Dalam konteks global, IMF menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,8%, turun dari 3,3% sebelumnya. Ini menunjukkan adanya tekanan besar akibat langkah-langkah proteksionisme yang diambil oleh Amerika Serikat. Presiden Donald Trump telah menerapkan tarif impor terhadap baja, aluminium, serta produk otomotif, sehingga menciptakan ketidakstabilan pasar. Bahkan, eskalasi perang tarif antara AS dan China telah mencapai tahap yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan bea masuk hingga 245% diberlakukan oleh kedua belah pihak.

Sementara itu, Jepang dan India memilih pendekatan diplomatik yang lebih lembut. Delegasi Jepang melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS, namun belum berhasil mencapai kesepakatan. Ryosei Akazawa, salah satu negosiator utama Jepang, menyatakan bahwa kebijakan tarif AS sangat disayangkan dan meminta mereka untuk meninjau ulang keputusan tersebut. Di sisi lain, India tampak optimistis setelah pertemuan antara Perdana Menteri Narendra Modi dengan Wakil Presiden AS JD Vance, di mana diskusi tentang perjanjian perdagangan bilateral disambut baik oleh kedua belah pihak.

Banyak lembaga riset dan bank juga telah menyesuaikan prakiraan mereka terkait pertumbuhan ekonomi Asia. Goldman Sachs dan Natixis, misalnya, menurunkan estimasi pertumbuhan PDB China karena dampak dari perang dagang. Fitch Ratings juga memperbarui proyeksi pertumbuhan India menjadi 6,2% dari 6,3%, menyoroti pengaruh buruk lingkungan ekonomi global.

Tindakan proteksionisme yang semakin marak telah memberikan tekanan besar bagi negara-negara Asia dalam menjaga stabilitas ekonominya. Meskipun ada upaya diplomasi, tantangan tetap ada dalam memulihkan keyakinan pasar dan memastikan arah pertumbuhan yang konsisten di masa mendatang.