Tekanan DXY Mereda, Rupiah Ditutup Menguat!

Sep 4, 2024 at 8:23 AM

Pusat Kekuatan Rupiah Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, nilai tukar rupiah akhirnya menguat pada Rabu (4/9/2024). Penguatan ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan China, yang berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Merebut Kembali Keseimbangan di Tengah Gejolak Pasar

Pengaruh Kondisi Ekonomi AS

Pelemahan indeks manufaktur AS yang terus berlanjut menjadi salah satu faktor yang mendorong penguatan rupiah. Data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur AS pada Agustus 2024 menunjukkan angka kontraksi, yang kelima kalinya secara berturut-turut. Meskipun mengalami sedikit peningkatan dari bulan sebelumnya, angka PMI yang hanya 47,2% ini mengindikasikan bahwa aktivitas pabrik di AS masih belum pulih.Selain itu, data neraca perdagangan AS untuk Juli 2024 juga menjadi perhatian. Meskipun defisit perdagangan menyempit menjadi US$73,1 miliar pada Juni, kenaikan ekspor yang cukup besar, terutama pada sektor pesawat sipil, kendaraan bermotor, dan komoditas energi, diimbangi oleh kenaikan impor, terutama pada sektor farmasi dan teknologi. Data ini penting karena dapat mempengaruhi keputusan The Federal Reserve terkait suku bunga, terutama jika ditambah dengan data tenaga kerja yang akan dirilis bersamaan.

Peran Ekonomi China

Sementara itu, data Purchasing Managers' Index (PMI) Jasa Umum Caixin untuk Agustus 2024 di China juga menjadi perhatian. Pada Juli, PMI Jasa Umum Caixin mencapai 52,1, menunjukkan pertumbuhan di sektor jasa. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan pesanan baru dan ekspor, serta penambahan lapangan kerja. Data ini penting karena kondisi ekonomi China dapat memberikan dampak pada pasar global, termasuk Indonesia.

Pertimbangan Kebijakan Moneter

Selain faktor ekonomi eksternal, kebijakan moneter di dalam negeri juga turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter harus mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi, baik domestik maupun global, dalam menentukan langkah kebijakan suku bunga. Hal ini sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan daya beli masyarakat.Dalam jangka panjang, penguatan rupiah dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam menekan inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, BI harus tetap waspada terhadap potensi gejolak pasar global yang dapat mempengaruhi kinerja rupiah. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif, namun tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar.