Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan rencana penerapan biaya tambahan kepada kapal-kapal asal China yang singgah di pelabuhan-pelabuhan AS. Keputusan ini diprediksi akan memengaruhi rute pelayaran internasional dan meningkatkan ketegangan dalam perang dagang antara kedua negara besar tersebut. Program ini melibatkan pengenaan biaya berdasarkan volume barang yang dikirim, serta pembatasan lebih lanjut terhadap kapal-kapal buatan luar negeri yang membawa gas alam cair (LNG). Rencana ini menjadi eskalasi baru setelah Beijing ditemukan telah memboikot impor LNG dari AS.
Sebagai bagian dari kebijakan perdagangan yang lebih agresif, AS menetapkan bahwa semua kapal milik China yang masuk ke wilayah pelabuhan AS akan dikenai biaya sebesar USD50 per ton bersih selama enam bulan pertama. Setelah periode tersebut, biaya tersebut akan meningkat secara bertahap hingga tiga tahun mendatang. Selain itu, langkah lainnya adalah pembatasan bagi kapal tanker asing yang membawa LNG ke AS. Kebijakan ini dirancang sebagai tanggapan atas aksi boikot oleh China terhadap produk-produk energi AS.
Kondisi ini muncul setelah Beijing memberlakukan tarif 49% atas impor LNG dari AS, membuat harga produk tersebut tidak kompetitif di pasar domestik China. Langkah ini dilakukan setelah AS sendiri menaikkan tarif hingga 145% atas barang-barang impor China. Ketegangan semakin memanas karena kedua belah pihak tampak enggan untuk mengambil langkah mundur. Meskipun demikian, Presiden Donald Trump baru-baru ini menyatakan kesiapannya untuk mengakhiri konflik perdagangan jika ada kesepakatan yang dapat dicapai dengan China.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah-langkah ini mencerminkan pergeseran signifikan dalam dinamika hubungan ekonomi global. Tindakan AS terhadap China tidak hanya mempengaruhi industri maritim tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang pada rantai pasok global dan stabilitas pasar keuangan internasional.
Sementara itu, upaya diplomasi antara kedua negara menjadi penting untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat eskalasi perang dagang. Dengan potensi dampak yang luas terhadap perekonomian dunia, baik AS maupun China harus menemukan cara untuk menyelesaikan perselisihan mereka tanpa merusak hubungan dagang yang sudah mapan selama bertahun-tahun. Masa depan kolaborasi ekonomi global bergantung pada kemampuan mereka untuk menemukan solusi win-win.