Rupiah Mencuri Perhatian: Catatan Terbaru Pergerakannya di Pasar Valuta Asing
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menorehkan pencapaian yang menggembirakan. Setelah sempat terperosok di awal tahun, kini mata uang Garuda ini telah berhasil bangkit dan mencapai level tertinggi sejak beberapa bulan lalu. Berbagai faktor telah mendorong penguatan rupiah, mulai dari melemahnya pasar tenaga kerja AS hingga sinyal penurunan suku bunga The Fed. Dalam ulasan ini, kita akan menelusuri lebih dalam mengenai dinamika terbaru pergerakan rupiah serta potensi peluangnya di masa depan.Sebuah Perjalanan Penuh Dinamika: Rupiah Kembali Mencuri Perhatian Pasar
Penguatan Rupiah Didorong oleh Melemahnya Pasar Tenaga Kerja AS
Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS mencatat jumlah lowongan kerja pada Juli 2024 turun ke level terendah dalam 3,5 tahun, hanya mencapai 7,673 juta, di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,1 juta. Pelemahan pasar tenaga kerja AS ini berdampak pada penurunan rasio lowongan pekerjaan terhadap pekerja, yang kini berada di angka 1,1, jauh lebih rendah dari puncaknya pada 2022. Perkembangan ini memicu kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi AS dan memberikan sinyal potensi penurunan suku bunga The Fed.Turunnya jumlah lowongan kerja AS menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah. Pasar semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan ini, yang tentunya akan menjadi angin segar bagi mata uang Garuda. Investor pun mulai menjual dolar AS dan mengalihkan investasi ke instrumen lain, termasuk rupiah, seiring dengan melemahnya Indeks dolar AS atau DXY.Imbal Hasil US Treasury yang Jatuh Membuka Peluang Investasi ke Indonesia
Selain perkembangan pasar tenaga kerja AS, faktor lain yang turut mendorong penguatan rupiah adalah penurunan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ke level 3,73% atau terendah sejak 28 Juni 2023. Imbal hasil yang jatuh ini menjadi kabar baik bagi Indonesia, karena ada kemungkinan investor yang mencari cuan lebih besar akan pindah dari AS ke Indonesia. Hal ini dapat membuka peluang arus masuk modal asing (inflow) yang besar ke pasar keuangan Indonesia.Tren penurunan imbal hasil US Treasury ini juga menjadi indikasi bahwa investor tengah melepas dolar AS dan beralih ke instrumen lain yang dinilai lebih menjanjikan. Dengan harapan para investor tersebut akan mengalihkan dananya ke rupiah, maka penguatan mata uang Garuda dapat semakin diperkuat.Analisis Teknikal: Rupiah Masih Bergerak di Zona Sideways
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah di hadapan dolar AS masih berada dalam tren sideways dengan rentang support di Rp15.320/US$ dan resistance di Rp15.440/US$. Support tersebut diambil dari horizontal line berdasarkan low candle intraday pada 26 Agustus 2024, sementara resistance didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau MA50.Meskipun berada dalam zona sideways, pergerakan rupiah tetap perlu dicermati, terutama pada level support dan resistance yang telah teridentifikasi. Apabila terjadi breakthrough di salah satu level tersebut, maka kemungkinan besar akan terjadi pergerakan harga yang lebih signifikan, baik penguatan maupun pelemahan.Secara keseluruhan, dinamika pergerakan rupiah saat ini sangat menarik untuk disimak. Dengan berbagai faktor pendukung yang telah dipaparkan, mata uang Garuda ini memiliki peluang untuk terus menguat dan menjadi salah satu aset yang patut diperhitungkan oleh para pelaku pasar. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian dan analisis mendalam agar dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan optimal.