Rupiah Mencatatkan Penguatan Signifikan, Sentimen Positif Pasar Tenaga Kerja AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan yang cukup substansial pada Kamis (05/09/2024), kembali ke posisi Rp15.300 per dolar AS. Pelemahan yang terjadi pada pasar tenaga kerja AS diyakini menjadi faktor utama yang mendorong apresiasi mata uang Garuda ini.Nilai Tukar Rupiah Kembali Menembus Level Terkuat Sejak Awal Tahun
Penguatan Rupiah Dipicu Pelemahan Pasar Tenaga Kerja AS
Data Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS) AS menunjukkan penurunan jumlah lowongan kerja pada Juli 2024 ke level terendah dalam 3,5 tahun, hanya mencapai 7,673 juta, di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,1 juta. Hal ini memicu kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi AS dan memberikan sinyal potensi penurunan suku bunga The Fed. Dengan berkurangnya daya tarik investasi berbasis dolar AS, aliran modal asing diperkirakan akan menguntungkan aset-aset berdenominasi rupiah, mendukung penguatan nilai tukar mata uang Garuda.Sentimen Domestik Turut Mendukung Penguatan Rupiah
Selain faktor eksternal, sentimen domestik juga menunjukkan dukungan terhadap penguatan rupiah. Rilis data cadangan devisa Indonesia yang akan diumumkan pada Jumat (6/9/2024) diproyeksikan akan memberikan dampak positif. Cadangan devisa Indonesia per Juli 2024 mencapai US$145,4 miliar, naik dari US$140,2 miliar pada bulan sebelumnya, didorong oleh penerbitan sukuk global dan peningkatan penerimaan pajak. Hal ini memberikan sinyal positif bagi kinerja perekonomian Indonesia dan memperkuat kepercayaan investor terhadap rupiah.Perlambatan Aktivitas Jasa China Menambah Tekanan Eksternal
Di sisi lain, perlambatan aktivitas jasa China juga menjadi perhatian. PMI Layanan Caixin turun menjadi 51,6 pada Agustus, dari 52,1 di bulan sebelumnya, menambah tekanan eksternal terhadap perekonomian global. Meskipun demikian, penguatan rupiah diharapkan dapat menjadi sentimen positif bagi pasar domestik, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).