IHSG Dibuka Cerah Lagi, Horor Pasar Keuangan Sudah Berakhir?

Aug 7, 2024 at 2:22 AM

Penguatan IHSG Berlanjut, Sentimen Dovish The Fed Jadi Katalis Utama

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I Rabu (7/8/2024), di tengah sedikit membaiknya sentimen pasar global. Penguatan IHSG didorong oleh komentar dovish dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yang memberikan angin segar bagi pasar saham.

Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed Terbuka Lebar

Penguatan IHSG di Awal Perdagangan

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,53% ke posisi 7.166,69. Selang sepuluh menit setelah dibuka, penguatan IHSG cenderung naik sedikit menjadi 0,58% ke 7.170,71. IHSG masih berada di level psikologis 7.100, namun jika penguatan semakin kencang, potensi IHSG ke level 7.200-an lagi pun terbuka lebar.Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 716 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 68.536 kali. IHSG cenderung kembali menguat, di tengah cenderung sedikit membaiknya sentimen pasar global dan dalam negeri.

Sentimen Dovish The Fed Menjadi Katalis Utama

Sentimen dovish dari beberapa pejabat The Fed menjadi katalis utama penguatan IHSG hari ini. Beberapa pejabat The Fed baru-baru ini memberikan komentar penolakan terhadap gagasan bahwa data tenaga kerja yang lemah dapat menyebabkan kemerosotan ekonomi alias resesi.Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga mengingatkan jika ambruknya saham pada pekan lalu dan Senin tidak bisa memaksa The Fed untuk memangkas suku bunga sesuai keinginan pasar. The Fed tetap bergerak sesuai data yang berkembang. "Tidak ada dalam mandat Fed yang bertujuan untuk memastikan bahwa pasar saham merasa nyaman," kata Goolsbee.Komentar penolakan pejabat The Fed terhadap resesi tersebut setidaknya memberikan "angin segar" yang membuat kekhawatiran pasar mereda. Pelaku pasar kini membaca peluang sekitar 75% bahwa Fed akan memotong suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) pada September. Menurut alat FedWatch dari CME Group, Investor mengestimasi Fed Funds Rate (FFR) pada akhir tahun mencapai 4,25 – 4,50%.

Rilis Data Ekonomi Domestik Jadi Perhatian Investor

Selain sentimen dovish The Fed, pasar juga akan memantau rilis data ekonomi domestik, seperti data neraca dagang China dan cadangan devisa Indonesia. Posisi cadangan devisa diperkirakan bisa turun lantaran dipengaruhi prospek pelemahan permintaan ekspor dan kinerja rupiah yang mengecewakan bulan lalu.Salah satunya dari pelemahan permintaan ekspor ke AS, meskipun ekspor Indonesia ke AS tidak sebesar ke China, tetapi bahan baku atau barang setengah jadi yang dikirim ke China juga akan diolah dan berakhir di AS lagi. Pelemahan ekspor ke AS ini disinyalir karena daya beli yang turun di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang mengecewakan di tambah kondisi manufaktur yang masih terkontraksi.Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2024 sebesar US$ 140,2 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2024 sebesar US$ 139,0 miliar. Investor akan memantau apakah posisi cadangan devisa pada Juli 2024 akan mengalami penurunan.