Performa IHSG dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia

May 6, 2025 at 5:26 AM

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan signifikan, bahkan sempat menyentuh level 6.900 selama perdagangan awal pekan ini. Penguatan IHSG ini didorong oleh sektor energi dan bahan baku serta perusahaan tambang yang menjadi penggerak utama. Meskipun ada peningkatan dalam beberapa hari terakhir, historis menunjukkan bahwa IHSG sering melemah di bulan Mei selama satu dekade terakhir. Selain itu, sentimen dari dalam negeri seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat dan anjloknya harga minyak dunia juga memengaruhi pasar keuangan Tanah Air.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87%, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Sementara itu, harga minyak brent dan WTI turun tajam hingga 4% akibat keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi secara agresif. Pelaku pasar juga menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral AS, yang mungkin mempengaruhi suku bunga dan prospek ekonomi global di tengah ketegangan perang dagang antara AS dan China.

Kinerja IHSG dan Pengaruh Emiten Tambang

IHSG menunjukkan performa positif dengan penguatan sektor-sentris tertentu. Sektor energi dan bahan baku berkontribusi besar terhadap reli IHSG, dengan lima emiten tambang menjadi motor utama. Emiten batu bara dan emas memberikan sumbangsih total lebih dari 30 indeks poin, menunjukkan dominasi mereka dalam peta saham Indonesia.

Sejak April lalu, IHSG telah naik hingga 15,5% dalam periode tujuh hari perdagangan beruntun. Hal ini menunjukkan adanya optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi nasional meskipun ada tantangan historis di bulan Mei. Sebagian besar emiten tambang, seperti BYAN, AMMN, DSSA, BRMS, dan ANTM, membantu memperpanjang reli tersebut. Namun, investor tetap harus waspada terhadap volatilitas pasar yang bisa dipicu oleh faktor-faktor domestik maupun internasional.

Sentimen Ekonomi dan Tantangan Global

Meskipun IHSG menguat, sentimen negatif dari dalam dan luar negeri tetap menjadi risiko. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87%, jauh di bawah ekspektasi pasar. Kondisi ini dapat memengaruhi investasi asing jika tidak ditangani dengan baik oleh pemerintah. Selain itu, anjloknya harga minyak dunia akibat kebijakan OPEC+ menambah tekanan pada pasar energi global.

Harga minyak brent dan WTI mencatat penurunan signifikan hingga 4%, mencerminkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di tengah permintaan yang melemah. Ketegangan perang dagang antara AS dan China juga memperburuk prospek ekonomi global. Pelaku pasar kini menunggu hasil rapat FOMC The Fed untuk melihat apakah langkah-langkah baru akan diambil guna meredakan ketidakpastian ekonomi. Keputusan ini dapat berdampak langsung pada arah suku bunga AS dan respons pasar global termasuk Indonesia.