Sebuah tindakan kontroversial telah memicu perdebatan hangat di Laxmibai College, bagian dari Delhi University di India. Dalam upaya untuk meredam suhu panas di kelas, kepala sekolah institusi tersebut, Dr Pratyush Vatsala, menggunakan metode tradisional yang melibatkan pengolesan bahan alami pada dinding kelas. Metode ini dilakukan sebagai bagian dari penelitian tentang penerapan pengetahuan tradisional India dalam mengendalikan stres panas. Meskipun langkah ini dianggap inovatif oleh beberapa pihak, banyak lainnya menilai bahwa pendekatan semacam itu dapat mempengaruhi citra perguruan tinggi secara keseluruhan.
Situasi ini dimulai ketika Dr Pratyush Vatsala, seorang akademisi terkemuka di Laxmibai College, memutuskan untuk mencoba cara unik dalam menghadapi masalah cuaca ekstrem di daerah tersebut. Alih-alih menggunakan material modern seperti cat atau semen, ia memilih untuk menerapkan pendekatan tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan alami. Ia menjelaskan bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari sebuah proyek penelitian yang sedang berlangsung di bawah supervisi salah satu anggota fakultas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas metode-metode tradisional dalam mengatasi tekanan panas dan meningkatkan kenyamanan ruang belajar.
Berbicara kepada media lokal, Dr Vatsala menyebut bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan hasil lengkapnya akan dirilis setelah proses penelitian selesai. Ia juga menegaskan bahwa eksperimen ini hanya dilakukan pada kabin portabel tertentu sebagai percobaan. “Kami menggunakan pendekatan tradisional karena kami ingin membuktikan bahwa metode lama dapat memberikan solusi modern tanpa merusak lingkungan,” jelasnya. Selain itu, ia menyoroti pentingnya pemahaman mendalam sebelum menilai keputusan ini.
Video yang menunjukkan Dr Vatsala bersama seorang staf melakukan eksperimen ini kemudian viral di platform media sosial dan grup WhatsApp. Dalam video tersebut, ia dapat terlihat sedang melapisi dinding kelas dengan bantuan tim sambil menjelaskan bahwa teknik ini digunakan untuk mendinginkan area Blok C kampus. Pesan yang disampaikan dalam video tersebut menunjukkan antusiasme untuk membuat pengalaman belajar lebih nyaman bagi para mahasiswa.
Di sisi lain, reaksi negatif pun mulai bermunculan. Profesor Vijender Chauhan, seorang pelatih calon mahasiswa UPSC, mengecam langkah ini dan menanyakan dampaknya terhadap reputasi institusi. Menurutnya, tindakan semacam ini dapat memengaruhi peluang karier mahasiswa yang belajar di bawah kepemimpinan akademis seperti itu. Beberapa komentar lain di media sosial juga menyoroti kekhawatiran serupa, bahkan ada yang menyindir bahwa jika praktik ini diterapkan lebih luas, mungkin akan ada implikasi budaya yang lebih besar.
Kampus Laxmibai College, yang didirikan pada tahun 1965 dan dinamai Rani Lakshmibai dari Jhansi, telah menjadi simbol pendidikan publik di Delhi selama lima dekade. Dengan lima blok gedung, institusi ini terus berusaha melakukan inovasi dalam kurikulum dan fasilitas. Namun, inisiatif terbaru ini menimbulkan pertanyaan serius tentang relevansi metode tradisional dalam dunia pendidikan modern.
Pada akhirnya, peristiwa ini menunjukkan bahwa meskipun eksplorasi metode tradisional dapat membawa manfaat, penting bagi institusi pendidikan untuk mempertimbangkan dampak sosial dan profesional dari setiap kebijakan yang diambil. Langkah-langkah inovatif harus dipertimbangkan dengan cermat agar tidak merugikan reputasi lembaga serta masa depan mahasiswanya.