Penurunan laba dan pendapatan menjadi sorotan utama dalam laporan keuangan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) pada kuartal pertama tahun ini. Perusahaan yang bergerak di sektor energi tersebut mencatatkan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara keseluruhan, laba bersih AADI hingga Maret 2025 hanya mencapai US$ 222,8 juta, atau turun hampir 30% dari capaian tahun sebelumnya.
Penyebab utama penurunan ini adalah menurunnya total pendapatan perusahaan. Hingga akhir Maret 2025, pendapatan anak usaha Alamtri Resources (ADRO) tercatat sebesar US$ 1,16 miliar, dengan penurunan lebih dari 11% secara year-on-year. Penjualan batubara baik untuk pasar ekspor maupun domestik juga mengalami perlambatan. Ekspor batubara turun sekitar 11%, sementara penjualan di pasar domestik melorot lebih tajam, yaitu mencapai 21%. Dengan demikian, beban pokok pendapatan pun mengalami penyesuaian, turun dari US$ 881,5 juta menjadi US$ 817,02 juta.
Meskipun menghadapi tantangan, AADI tetap menjaga efisiensi operasional. Beban usaha dan biaya lain-lain mengalami penurunan, namun hal ini tidak cukup untuk membalikkan tren negatif pada laba usaha. Total aset perusahaan juga turun tipis dari US$ 5,9 miliar menjadi US$ 5,8 miliar. Situasi ini menunjukkan perlunya strategi baru agar perusahaan dapat bangkit dan meningkatkan performanya di masa mendatang.
Di tengah dinamika pasar global dan lokal, penting bagi perusahaan untuk terus berinovasi serta mencari peluang baru. Melalui langkah adaptasi dan strategi bisnis yang tepat, harapannya AADI dapat menguatkan posisinya sebagai pemain utama di industri energi nasional. Optimisme ini didukung oleh potensi pertumbuhan permintaan energi di masa depan, yang dapat membawa perubahan positif bagi perusahaan.