Pertarungan kepentingan antara Amerika Serikat dan China semakin memperlihatkan potensi konflik global. Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, mengungkapkan kekhawatiran bahwa ketidakharmonisan kedua negara besar ini bisa membawa dunia menuju krisis yang lebih luas. Meskipun tidak ada niat untuk memicu perang, situasi geopolitik saat ini menunjukkan risiko signifikan jika kedua negara tidak dapat mencari solusi diplomatik. Wong juga menekankan pentingnya kerjasama ekonomi antara kedua negara, yang telah menjadi tulang punggung stabilitas ekonomi global.
Perubahan politik di Washington berpotensi merubah dinamika hubungan internasional, terutama dalam konteks rivalitas dengan China. Negara-negara seperti Singapura berusaha keras untuk tetap netral dan tidak dipaksa memilih sisi. Situasi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi negara-negara Asia Tenggara yang berusaha menjaga hubungan baik dengan kedua raksasa tersebut.
Lawrence Wong menekankan bahwa negara-negara di kawasan harus diberi ruang untuk mempertahankan kebijakan nonblok. Dia percaya bahwa memaksa negara-negara kecil untuk memilih blok dapat mendorong situasi menuju ambang krisis global. Wong juga mengingatkan bahwa hotspot geopolitik seperti Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan memerlukan penanganan hati-hati agar tidak memicu kesalahan perhitungan yang berbahaya. Negara-negara Asia Tenggara telah mencoba mempertahankan keseimbangan dengan menjaga hubungan baik dengan kedua negara, namun situasi ini tetap kompleks dan membutuhkan pendekatan diplomasi yang cermat.
Dalam konteks ekonomi, Lawrence Wong menyatakan bahwa pemisahan total antara AS dan China akan sangat merusak. Hubungan dagang yang erat antara kedua negara telah membentuk fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi global. Wong yakin bahwa dampak ekonomi dari pemisahan ini akan sangat merugikan kedua belah pihak, terutama bagi warga negara mereka sendiri.
Wong menyoroti bahwa banyak produk yang dibutuhkan oleh masyarakat AS berasal dari China, sehingga pemisahan penuh tampaknya tidak realistis pada tahap ini. Para ahli setuju bahwa China masih merupakan negara yang mampu memproduksi barang-barang rumit dengan biaya rendah dan dalam skala besar. Hal ini menjadikan China mitra dagang yang tak tergantikan bagi banyak perusahaan global. Meski adanya ancaman tarif baru dari Trump, para pejabat China tetap menegaskan bahwa tidak ada pemenang dalam perang perdagangan. Ini menunjukkan bahwa kedua negara perlu mencari solusi yang saling menguntungkan untuk menghindari kerusakan ekonomi yang lebih luas.