Rupiah Bertahan di Tengah Tekanan Dolar AS dan Antisipasi Data Pasar Tenaga Kerja
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menghadapi tantangan di tengah penguatan dolar AS dan penantian data pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis. Meskipun sempat menguat dalam beberapa hari terakhir, rupiah diperkirakan akan kembali menghadapi tekanan pada perdagangan hari ini.Nilai Tukar Rupiah Tetap Terjaga di Tengah Berbagai Tantangan
Penguatan Rupiah Didukung Oleh Kenaikan Cadangan Devisa
Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup menguat 0,8% di level Rp16.030/US$. Penguatan ini tidak lepas dari hasil cadev (cadangan devisa) yang dirilis Bank Indonesia (BI) dan cukup mengejutkan pelaku pasar. Tercatat per Juli 2024, cadev RI berada di angka US$145,4 miliar atau naik US$5,2 miliar dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.Penguatan Dolar AS dan Imbal Hasil US Treasury Menjadi Tantangan Bagi Rupiah
Meskipun rupiah sempat menguat dalam beberapa hari terakhir, pergerakan nilai tukar hari ini tampaknya akan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali menguat di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap data klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis nanti malam. Indeks dolar AS menguat ke 103,197 pada perdagangan sebelumnya, yang merupakan level terbaiknya dalam tiga hari terakhir. Selain itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun juga meningkat ke 3,97% pada perdagangan sebelumnya, posisi tertingginya dalam empat hari terakhir. Kenaikan imbal hasil US Treasury ini dapat memicu capital outflow dari pasar keuangan Indonesia, sehingga berpotensi menekan nilai tukar rupiah.Pasar Tenaga Kerja AS Menjadi Fokus Perhatian Pelaku Pasar
Selain penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury, pelaku pasar juga mengalihkan fokus pada rilis data klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 3 Agustus 2024. Berdasarkan data Trading Economic, pasar memperkirakan klaim pengangguran akan bertambah 240.000 dibandingkan pekan sebelumnya 249.000. Pekan lalu, data pasar tenaga kerja sempat mengecewakan pasar yang kemudian mengguncang keseluruhan pasar, akibat memicu peringatan resesi. Pelaku pasar perlu mencermati kondisi pasar tenaga kerja AS lantaran ini juga menjadi indikator penting selain inflasi yang akan menjadi petunjuk kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed ke depan.Analisis Teknikal Pergerakan Rupiah
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, rupiah terpantau masih dalam tren penguatan. Jika tren ini berlanjut, penguatan selanjutnya bisa ke bawah level psikologis Rp16.000/US$, atau tepatnya ke support Rp15.990/US$ yang diambil dari low candle intraday 23 Mei 2024. Namun, jika terjadi pembalikan arah atau melemah, rupiah bisa dicermati di resistance terdekat Rp16.115/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.