Rekor Baru Cadangan Devisa Umu Indonesia Dukung Penguatan IHSG
Dalam perdagangan akhir pekan di Bursa Efek Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat cukup tajam. Penguatan IHSG ini tidak terlepas dari kabar baik mengenai rekor baru cadangan devisa Indonesia yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah. Selain itu, faktor eksternal seperti melemahnya imbal hasil obligasi AS juga ikut mendongkrak sentimen positif di pasar saham domestik.Menguji Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Dinamika Global
Kekuatan Cadangan Devisa Indonesia Melaju Ke Rekor Baru
Bank Indonesia (BI) mengumumkan, pada akhir Agustus 2024, cadangan devisa Indonesia mencapai level tertinggi dalam sejarah, yaitu sebesar US$ 150,2 miliar. Capaian ini melampaui rekor sebelumnya yang terjadi pada Desember 2023 sebesar US$ 146,4 miliar. Penguatan cadangan devisa ini tidak terlepas dari aliran modal asing yang mengalir masuk ke pasar keuangan Indonesia, baik di pasar Surat Berharga Negara (SBN), saham, maupun Sertifikat Bank Indonesia (SRBI). Masuknya aliran modal asing ini didukung oleh kondisi stabilitas ekonomi domestik yang terjaga dengan baik. Selain itu, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, juga menjelaskan bahwa terkendalinya laju inflasi, khususnya inflasi pada komponen volatile food, menjadi salah satu faktor pendorong masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan Tanah Air. Sementara itu, inflasi inti yang sedikit meningkat mengindikasikan aktivitas ekonomi domestik yang terus berjalan dengan baik.Imbal Hasil Obligasi AS Melorot, Peluang Bagi Investor Mencari Cuan di Indonesia
Selain penguatan cadangan devisa, faktor eksternal juga turut mendukung penguatan IHSG pada perdagangan akhir pekan ini. Salah satunya adalah pelemahan imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun yang turun ke level 3,73%, atau terendah sejak 28 Juni 2023. Penurunan yield obligasi AS ini menjadi angin segar bagi Indonesia, karena dapat menarik minat investor untuk mengalihkan dananya dari AS ke pasar keuangan domestik. Dengan demikian, terbuka peluang bagi Indonesia untuk menarik aliran modal asing yang lebih besar, seiring dengan harapan adanya penurunan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed).Namun, hal ini tampaknya belum sesuai dengan pernyataan Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed tidak diinginkan. Daly menegaskan bahwa kesehatan pasar tenaga kerja di AS harus tetap dipertahankan dan dilindungi, meskipun data JOLTS menunjukkan penyerapan lowongan kerja yang menurun.Sektor Keuangan Menjadi Penopang Utama Penguatan IHSG
Penguatan IHSG pada perdagangan Jumat (6/9/2024) ini juga tidak terlepas dari kontribusi positif dari sektor keuangan, yang mencatatkan penguatan sebesar 1,91%. Saham-saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menjadi penopang utama bagi IHSG, dengan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 8,3 poin dan 7,5 poin indeks.Selain itu, saham pertambangan milik Grup Salim, yaitu PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), juga turut menyumbang 7,2 poin indeks bagi penguatan IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor utama di pasar modal Indonesia mampu memberikan kontribusi positif terhadap pergerakan IHSG secara keseluruhan.Secara keseluruhan, penguatan IHSG pada perdagangan akhir pekan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang semakin membaik. Berbagai indikator, seperti rekor baru cadangan devisa dan terkendalinya laju inflasi, menjadi sinyal positif bagi investor untuk terus memperkuat kepercayaan mereka terhadap prospek pasar saham domestik.