China Tanggapi Tuduhan Tarif Impor oleh AS dengan Sikap Tegas

Apr 19, 2025 at 2:43 AM

Pemerintah China memberikan respons terhadap pernyataan Gedung Putih yang menuduh Beijing menerapkan tarif impor hingga 245% kepada produk-produk Amerika Serikat. Dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menyampaikan bahwa langkah tersebut adalah hasil dari inisiatif AS dalam memulai perang dagang dan tarif. Ia juga menegaskan bahwa China tidak menginginkan konflik dagang namun tetap siap menghadapinya demi menjaga hak-hak dan kepentingan nasional.

Konflik Dagang: China Bersikeras Perlunya Pendekatan Diplomatik yang Setara

Pada hari Sabtu (19/4/2025), pihak China merespons tuduhan Gedung Putih melalui konferensi pers resmi di ibukota Jakarta. Menurut laporan terbaru, situs resmi Gedung Putih menyebutkan bahwa produk-produk impor dari China sekarang dikenakan tarif tinggi hingga 245%. Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menolak untuk secara langsung menjawab tuduhan ini dan menyatakan bahwa pertanyaan lebih baik disampaikan kepada pihak AS.

Dalam situasi yang semakin tegang antara kedua negara, Lin Jian menegaskan bahwa perang dagang ini awalnya diprakarsai oleh Amerika Serikat. Dia menambahkan bahwa tindakan balasan yang diambil China bertujuan untuk melindungi keadilan internasional serta hak-hak dan kepentingan sah negara tersebut. "Posisi kami selalu jelas," ujarnya. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang dan bahwa China tidak ingin berkonflik namun juga tidak akan gentar menghadapinya.

Lin juga meminta agar AS berhenti menggunakan metode tekanan ekstrem dan mencari solusi melalui dialog yang didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat, serta keterbukaan saling menguntungkan. Ia berharap kedua belah pihak dapat bekerja sama untuk menciptakan hubungan perdagangan yang lebih stabil dan adil.

Berita ini mengajarkan pentingnya diplomasi yang bijaksana dalam menyelesaikan sengketa internasional. Sebagai pembaca, kita bisa melihat bagaimana kedua negara besar ini harus menemukan cara untuk menghindari eskalasi konflik yang dapat berdampak buruk pada ekonomi global. Dialog yang setara dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip perdagangan adil menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dunia. Melalui pendekatan seperti ini, harapan untuk penyelesaian damai tetap terbuka lebar.