Data terbaru dari PBB menunjukkan bahwa satu dari sepuluh bom yang dilempar militer Israel ke Jalur Gaza sejak awal konflik pada 7 Oktober 2023 tidak meledak. Kondisi ini menciptakan risiko berkelanjutan bagi warga Palestina, khususnya di wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Bom-bom yang tidak meledak telah menyebabkan korban jiwa dan cedera serius, dengan mayoritas penderita adalah warga sipil. Selain itu, upaya internasional untuk membersihkan bom-bom tersebut menghadapi hambatan besar akibat kendali ketat Israel atas Jalur Gaza.
Pada saat yang sama, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Sejak penolakan Israel terhadap gencatan senjata pada Maret lalu, lebih dari 51.000 warga Palestina tewas, sementara ribuan lainnya terluka atau hilang. Meskipun banyak negara mengecam genosida ini, langkah konkret untuk menuntut pertanggungjawaban Israel masih minim.
Bom tak meledak menjadi ancaman besar bagi masyarakat Gaza, terutama karena daerah tersebut memiliki populasi padat. Ledakan bom yang tertunda telah menewaskan 23 orang dan melukai lebih dari 160 lainnya, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil. Kejadian ini terjadi saat mereka berusaha membersihkan reruntuhan atau hanya berada di rumah mereka sendiri.
Situasi ini sangat mengkhawatirkan, karena kemungkinan ledakan spontan meningkat setiap hari. Para ahli memperingatkan bahwa jika bom-bom ini tidak ditangani dengan cepat, jumlah korban jiwa akan terus bertambah. Selain itu, dampak psikologis terhadap warga juga signifikan, karena mereka hidup dalam ketakutan konstan akan ancaman bom yang bisa meledak kapan saja. Ini menciptakan lingkungan yang penuh tekanan dan trauma bagi seluruh keluarga di wilayah tersebut.
Meskipun ada usaha internasional untuk membersihkan bom-bom tak meledak di Gaza, proses ini menghadapi tantangan besar. Otoritas Israel membatasi akses tim penyisir bom dan peralatan yang diperlukan ke wilayah tersebut. Hal ini membuat misi kemanusiaan menjadi jauh lebih sulit dan lambat.
Para pekerja kemanusiaan menegaskan bahwa tanpa dukungan logistik yang memadai, upaya rekonstruksi di Gaza akan menjadi mustahil. Selain itu, situasi ini memperparah kondisi ekonomi dan sosial yang sudah rapuh di wilayah tersebut. Negara-negara dunia diharapkan dapat memberikan tekanan lebih besar kepada Israel agar membuka akses bagi tim penyisiran bom dan bantuan kemanusiaan lainnya. Jika tidak, masa depan warga Gaza tetap suram, dengan risiko keselamatan yang terus meningkat dan peluang pemulihan yang semakin tipis.