Ketakutan Jokowi di Akhir Jabatan Makin Nyata, Ini Bukti Terbarunya

Sep 8, 2024 at 3:30 AM

Ancaman Kekeringan Likuiditas: Sebuah Bahaya Tersembunyi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di akhir tahun 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyuarakan kekhawatirannya terhadap peredaran uang yang semakin menipis, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sekitar 5%. Permasalahan ini muncul akibat Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang menerbitkan terlalu banyak instrumen keuangan seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

Menjaga Likuiditas Kunci Keberlanjutan Pertumbuhan Ekonomi

### Perlambatan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)Setelah likuiditas bank membaik pada akhir 2023, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami akselerasi. Namun, pada paruh pertama tahun 2024, pertumbuhan DPK kembali melambat dalam dua bulan beruntun, terutama pada rekening giro. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan DPK melandai menjadi 7,5% (year on year/yoy) pada Juli 2024, lebih rendah dibandingkan Juni 2024 yang berada di angka 8,2% yoy.Perlambatan pertumbuhan DPK ini terjadi baik dalam rupiah maupun valuta asing (valas). Penghimpunan DPK berdasarkan valuta rupiah juga melandai menjadi 5,9% yoy pada Juli 2024, sedangkan valas juga melandai menjadi 16,7% yoy.### Penurunan Jumlah Kelas MenengahSituasi ini kemudian diikuti oleh menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah merupakan segmen yang memiliki alokasi tabungan dari total pendapatan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia sebanyak 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Namun, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.Artinya, ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Sementara itu, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class justru naik, dari 2019 sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.### Pertumbuhan Tabungan Masyarakat MelambatSituasi ini juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan tabungan masyarakat. Pertumbuhan tabungan masyarakat dengan jumlah di bawah Rp100 juta dari Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat sebesar 26,3%. Sementara masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta di periode yang sama bertumbuh 29,4%.Namun, pertumbuhan ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi Juli 2021 hingga Juli 2024 yang hanya bertambah 11,9% untuk masyarakat dengan tabungan kurang dari Rp100 juta dan naik 13,3% untuk masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta.Sebaliknya, masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp5 miliar atau yang banyak diisi oleh pihak korporasi, justru cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Pada Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat mengalami kenaikan sebesar 29,7% dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh lebih tinggi yakni sebesar 33,9%.### Optimisme Pemulihan LikuiditasMeskipun menghadapi tantangan likuiditas, Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, optimistis pertumbuhan DPK perbankan akan tumbuh hingga double digit tahun depan. Menurutnya, hal ini dapat dicapai dengan merealisasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7% hingga 8%.Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN), Nixon Napitupulu, juga menegaskan bahwa likuiditas tersedia, namun mahal akibat dampak dari suku bunga tinggi yang diperkirakan bertahan lama. Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Sigit Prastowo, menyatakan likuiditas tetap menjadi concern utama bank pelat merah itu untuk semester II-2024 seiring dengan tren kenaikan rasio pinjaman terhadap simpanan.Dengan demikian, ancaman kekeringan likuiditas yang diwaspadai Presiden Jokowi tampaknya memang menjadi realitas yang dihadapi oleh industri perbankan Indonesia saat ini. Namun, optimisme akan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan DPK tetap menjadi harapan bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.