Investor Asing Mulai Keluar, IHSG Terkoreksi Kembali ke Level 7.700
Pasar saham Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan Senin (9/9/2024), setelah sebelumnya menguat selama tiga hari berturut-turut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,25% ke posisi 7.702,74, kembali ke level psikologis 7.700 setelah sempat terkoreksi ke 7.600-an sepanjang hari.Investor Asing Mulai Melakukan Aksi Jual Bersih, Sentimen Eksternal Menjadi Perhatian Utama
Koreksi IHSG Dipicu Aksi Jual Asing
Penurunan IHSG hari ini tidak terlepas dari aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing. Berdasarkan data transaksi pada periode 2-5 September 2024, asing tercatat jual neto sebesar Rp 2,49 triliun, terdiri dari beli neto Rp 2,65 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 2,24 triliun di pasar saham, serta jual neto sebesar Rp 7,38 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).Meskipun sepanjang tahun 2024 investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar saham sebesar Rp 28,80 triliun, namun aksi jual bersih yang terjadi pada perdagangan akhir pekan lalu menjadi sinyal bahwa minat asing mulai berkurang. Pada perdagangan Jumat (6/9/2024), asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 302,4 miliar di pasar tunai dan negosiasi.Sektor Kesehatan Menjadi Penekan Terbesar IHSG
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi yang paling besar koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 0,97%. Selain itu, tiga emiten perbankan raksasa juga menjadi penekan terbesar IHSG, yaitu saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang mencapai 5,5 indeks poin, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 5 indeks poin, dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 4,7 indeks poin.Penurunan IHSG hari ini juga terjadi di tengah investor asing yang mulai mencatatkan outflow untuk pertama kalinya setelah terjadi inflow selama 10 pekan beruntun. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen eksternal, seperti data ekonomi AS dan China, serta neraca dagang, menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar saat ini.Pasar Tenaga Kerja AS yang Terkontraksi Menjadi Sinyal Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Salah satu sentimen eksternal yang menjadi perhatian adalah kondisi pasar tenaga kerja AS yang kembali mengecewakan. Biro Statistik Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat data pekerjaan selain pertanian atau Non-Farm Payrolls (NFP) yang bertambah 142.000 selama Agustus 2024, naik dari 89.000 pekerjaan pada bulan sebelumnya. Namun, capaian tersebut masih di bawah perkiraan konsensus 161.000 pekerjaan.Pasar tenaga kerja yang terkontraksi tersebut kemudian menjadi tanda pemangkasan suku bunga AS semakin diperlukan. Peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), menurut alat pengukur CME FedWatch kini sudah mencapai 70% untuk pertemuan 18 September mendatang.Investor Menunggu Data Ekonomi Eksternal Lainnya
Selain data pasar tenaga kerja AS, investor juga akan memperhatikan data ekonomi eksternal lainnya, seperti inflasi AS dan China, serta neraca dagang. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar saat ini cenderung berbalik ke mode "wait and see" dalam mengambil keputusan investasi.Dengan adanya berbagai sentimen eksternal yang menjadi perhatian utama, investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal Indonesia. Pemantauan terhadap perkembangan data ekonomi global dan domestik menjadi kunci dalam menentukan strategi investasi yang tepat.