Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Mengikuti Pelemahan Dolar AS

Mar 7, 2025 at 2:06 AM
Single Slide

Pada akhir pekan ini, mata uang rupiah mengalami penguatan signifikan terhadap dolar AS. Ini terjadi seiring dengan penurunan nilai tukar dolar AS yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global. Ekonom dan analis memperkirakan bahwa situasi ini dapat berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.

Detail Laporan

Dalam atmosfer ekonomi global yang sedang bergejolak, mata uang rupiah menunjukkan performa yang mengesankan pada perdagangan Jumat (7/3/2025). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan kenaikan 0,03% hingga mencapai posisi Rp16.320 per dolar AS. Penguatan ini berpotensi mempertahankan apresiasi mingguan sebesar 1,5% jika kondisi bertahan hingga akhir sesi.

Pelemahan indeks dolar AS (DXY) menjadi salah satu faktor utama yang mendorong penguatan rupiah. Sejak awal Maret 2025, DXY telah mengalami penurunan dan mencapai level terendahnya sejak November 2024. Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menjelaskan bahwa ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap China, Kanada, dan Meksiko telah membebani dolar AS. Selain itu, data tenaga kerja AS yang lemah juga semakin memperburuk situasi.

Data ADP menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS hanya 77 ribu pekerjaan pada bulan Februari, angka terendah dalam tujuh bulan. Jika laporan resmi ketenagakerjaan yang dirilis kemudian juga tidak memuaskan, pasar bisa semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga untuk mendukung ekonomi. Hal ini diperkirakan akan mempercepat pelemahan dolar AS.

Berdasarkan perspektif dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa untuk periode Februari 2025. Meskipun rupiah melemah 1,69% pada bulan lalu, cadangan devisa masih mencatat rekor tertinggi baru sebesar US$ 156,1 miliar pada Januari 2025. Cadangan ini cukup untuk membiayai 6,7 bulan impor dan mendukung ketahanan sektor eksternal.

Para ahli memperkirakan bahwa tren pelemahan dolar AS akan berlanjut, sehingga rupiah berpotensi mencapai level di bawah 16.000 dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan situasi ekonomi global yang semakin dinamis, penguatan rupiah ini memberikan harapan bagi pemulihan ekonomi nasional. Namun, penting bagi pemerintah dan bank sentral untuk tetap waspada dan proaktif dalam menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin timbul.

Dari sudut pandang pembaca, penguatan rupiah ini tentunya menjadi kabar baik bagi ekonomi Indonesia. Ini menunjukkan bahwa meski ada tekanan global, ekonomi domestik masih memiliki daya tahan yang cukup kuat. Semoga langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral dapat terus mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.