Optimisme Pasar Modal: IHSG Meroket di Awal Tahun 2025

Mar 3, 2025 at 2:09 AM
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kenaikan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal perdagangan tahun 2025. Penguatan ini terjadi setelah penurunan tajam yang dialami pekan lalu, memberikan harapan baru bagi pelaku pasar.

Momen Penting untuk Investasi dan Ekonomi Nasional

Pada pembukaan perdagangan Senin, 3 Januari 2025, IHSG mengalami lonjakan positif hingga 1,6% ke level 6.370,79. Dalam dua menit pertama, transaksi mencapai Rp 1,03 triliun melibatkan 1,14 miliar saham dalam 59 ribu kali transaksi. Beberapa menit kemudian, indeks ini naik lebih jauh hingga 1,86%, dengan sektor keuangan menjadi pemimpin penguatan.

Pemulihan Pasca Penurunan Drastis

Pada penutupan perdagangan Jumat minggu lalu, IHSG anjlok 3,31% ke level 6.270,60, yang merupakan posisi terendah sejak September 2021. Selama tahun 2025, penurunan telah mencapai 11,43%. Namun, optimisme kembali menguat pada awal tahun ini, didorong oleh sentimen positif dari dalam dan luar negeri.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami perbaikan. Di akhir pekan lalu, rupiah ditutup di posisi Rp16.575/US$, melemah 0,79% dalam sehari dan 1,69% dalam seminggu. Sentimen positif ini berlanjut pada awal minggu ini, dengan sejumlah data ekonomi yang akan dirilis.

Sentimen Ekonomi Menguat

Di awal minggu ini, sejumlah faktor mendukung penguatan pasar modal. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Januari 2025 mencapai 51,9, berada di zona ekspansif dan menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut. Ini adalah laju terkuat sejak Mei 2024, dengan output meningkat selama tiga bulan berturut-turut.

Biro Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Februari 2025. Konsensus pasar memperkirakan IHK akan turun atau mengalami deflasi bulanan sebesar 0,04%, sementara inflasi tahunan diproyeksi berada pada angka 0,64%. Faktor diskon tarif listrik 50% berpotensi menyebabkan deflasi bulanan, namun tekanan inflasi diperkirakan meningkat menjelang Ramadhan dan Lebaran.

Antisipasi Kebijakan Ekonomi

Komisi XI DPR akan menggelar rapat kerja dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy. Rapat ini membahas strategi pencapaian pertumbuhan ekonomi dan tax ratio, penting di tengah guncangan eksternal yang menekan ekonomi domestik. Langkah-langkah antisipasi dan kebijakan baru pemerintah menjadi fokus utama dalam menghadapi ketidakpastian global.

Pergerakan pasar juga dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat, seperti S&P Global Manufacturing PMI dan ISM Manufacturing PMI. Kedua data ini masih diperkirakan bergerak di atas angka 50, menunjukkan kondisi manufaktur AS dalam kategori ekspansif. Hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi pasar global termasuk Indonesia.