Pertemuan antara Indonesia dan Amerika Serikat membuka peluang baru dalam hubungan perdagangan kedua negara. Pada konferensi pers yang diadakan dari Washington DC, Jumat (18/4/2025), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan rencana penyelesaian perundingan dalam waktu 60 hari ke depan. Kedua belah pihak telah menyetujui kerangka dasar sebagai acuan untuk pembentukan perjanjian perdagangan. Dengan dukungan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu, Menko Airlangga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
Kerjasama ini melibatkan berbagai aspek strategis yang akan memperkuat hubungan bilateral. Selain fokus pada kemitraan perdagangan dan investasi, diskusi juga mencakup sinergi di bidang mineral penting serta pengembangan rantai pasok yang andal. Indonesia menargetkan serangkaian pertemuan teknis dalam satu hingga tiga putaran guna menerjemahkan kerangka kesepakatan menjadi dokumen akhir yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dalam konteks ini, Indonesia berkomitmen untuk menjaga prinsip perdagangan adil dan berimbang, serta menyoroti urgensi pengurangan tarif dibandingkan dengan kompetitor lain.
Hubungan dagang yang kuat antara Indonesia dan Amerika Serikat bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga mencakup dimensi pendidikan, sains, dan teknologi digital. Kerja sama tersebut diprediksi akan memberikan manfaat besar bagi kedua negara, termasuk meningkatkan ketahanan rantai pasok global dan menjaga stabilitas ekonomi. Respons positif dari AS terhadap usulan Indonesia menunjukkan komitmen bersama untuk menciptakan solusi saling menguntungkan. Langkah ini merefleksikan pentingnya dialog internasional dalam membangun dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.