Kemacetan Masif di Pelabuhan Tanjung Priok: Indikasi Kegagalan Sistem Logistik Nasional

Apr 18, 2025 at 11:47 AM

Pelabuhan Tanjung Priok mengalami kemacetan luar biasa setelah libur Lebaran 2025, yang menarik perhatian luas dari berbagai pihak. Kemacetan ini melibatkan ribuan truk logistik yang membentang lebih dari 8 km, tidak hanya memengaruhi operasional pelabuhan tetapi juga akses ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kejadian ini terjadi pada Rabu hingga Kamis (16-17 April 2025) dan menjadi indikator adanya masalah serius dalam sistem logistik nasional Indonesia. Lonjakan jumlah truk logistik mencapai lebih dari 4.000 unit per hari, meningkat drastis dibandingkan angka normal sekitar 2.500 unit per hari. Menurut pengamat maritim Dr Capt Marcellus Hakeng Jayawibawa dari IKAL Strategic Center (ISC), tantangan utama bukan hanya soal infrastruktur fisik tetapi juga regulasi mikro dan koordinasi lintas sektor yang lemah.

Kejadian tersebut dimulai dengan lonjakan aktivitas logistik pasca-Lebaran, yang menyebabkan antrean panjang kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok. Meskipun sistem digitalisasi Pelindo berfungsi dengan baik, mekanisme pembatasan gate pass secara real-time belum cukup efektif untuk menangani lonjakan volume kendaraan. Hal ini menggambarkan ketidaksesuaian antara kapasitas manajemen arus masuk dan kenaikan permintaan logistik. Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas peti kemas di pelabuhan mencapai 1,88 juta TEUs pada kuartal pertama tahun 2025, naik 7,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,3 juta TEUs berkaitan dengan ekspor-impor.

Dr Capt Marcellus Hakeng Jayawibawa menyoroti pentingnya transformasi tata kelola pelabuhan menjadi sistem prediktif yang didasarkan pada data. Menurutnya, solusi jangka panjang memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Transformasi ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi masalah logistik di masa depan dan memperbaiki efisiensi rantai pasok nasional.

Solusi yang diperlukan tidak hanya fokus pada peningkatan infrastruktur tetapi juga pada penyempurnaan regulasi mikro dan koordinasi lintas sektor. Dengan menerapkan sistem prediktif berbasis data, Indonesia dapat menghindari kemacetan serupa di masa mendatang dan meningkatkan daya saing logistik nasional. Perubahan fundamental ini akan memastikan bahwa sistem logistik Indonesia lebih tangguh dan responsif terhadap dinamika pasar global.