Tsunami Penjualan Saham di Wall Street, Kesehatan Ekonomi AS Kembali Dipertanyakan
Pasar saham Amerika Serikat mengalami penurunan tajam pada Selasa, 3 September 2024, akibat kekhawatiran yang kembali muncul terkait perlambatan ekonomi. Fenomena ini mengingatkan pada gejolak Black Monday yang mengguncang pasar keuangan global awal Agustus lalu.Ketangguhan Pasar Saham AS Diuji Kembali
Tren Negatif yang Mengancam Kestabilan
Indeks utama Wall Street mencatat hari terburuknya sejak 5 Agustus. Indeks S&P 500 turun 2,1%, sementara Nasdaq Composite merosot 3,3%. Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan sekitar 626 poin atau 1,5%. Penurunan tajam ini terutama terjadi pada saham-saham teknologi, dengan saham Nvidia yang anjlok 9,5% dan kehilangan sekitar $279 miliar dalam nilai pasar. Ini merupakan penurunan nilai pasar satu hari terbesar dalam sejarah perusahaan AS.Saham-saham semikonduktor lainnya juga mengalami penurunan serupa, dengan Indeks Semikonduktor PHLX turun 7,8%. Selain itu, saham Boeing juga turun 7,3% setelah Wells Fargo menurunkan peringkat sahamnya, menyebabkan penurunan 84 poin pada indeks Dow. Tren negatif ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS yang semakin memburuk.Sektor Defensif Menjadi Titik Terang di Tengah Ketidakpastian
Sementara itu, saham-saham yang dianggap defensif, seperti barang konsumsi dan properti, menjadi titik terang yang langka di tengah ketidakpastian ekonomi. Di pasar komoditas, harga minyak Brent turun 4,9% menjadi $73,75 per barel, tertekan oleh kekhawatiran terhadap penurunan permintaan dari China.Menurut laporan dari Wall Street Journal, pelemahan ini terjadi setelah para pedagang kembali dari libur Hari Buruh. Sementara data menunjukkan masih adanya kelesuan di sektor manufaktur AS, memicu kembali kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun juga turun menjadi 3,843% dari 3,910% pada hari Jumat, menandakan adanya kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi.Valuasi Pasar Mengkhawatirkan, Investor Membutuhkan Keyakinan Baru
Arun Sai, ahli strategi multi-aset senior di Pictet Asset Management, menyatakan bahwa pasar mungkin terlalu cepat mengabaikan kekhawatiran tentang pertumbuhan. Investor telah optimis terhadap saham setelah hampir dua tahun mengalami keuntungan dua digit pada S&P 500, namun pasar kini rentan terhadap pembalikan tiba-tiba.Perusahaan-perusahaan dalam S&P 500 diperdagangkan pada kisaran 21 kali dari perkiraan pendapatan mereka dalam 12 bulan ke depan. Angka ini berada di atas rata-rata 10 tahun yang berkisar di sekitar 18 kali. Meskipun mengalami penurunan pada Selasa, S&P 500 masih naik 16% untuk tahun ini, namun tingkat valuasi yang tinggi ini dapat menjadi risiko bagi investor.Prospek Ekonomi Masih Penuh Tanda Tanya
Data terbaru menunjukkan sektor manufaktur AS masih menghadapi kelemahan permintaan pada bulan lalu. Indeks manajer pembelian (PMI) dari ISM dan S&P Global keduanya menunjukkan sektor ini masih dalam kondisi kontraksi. Data pengeluaran konstruksi juga menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan.Laporan pekerjaan bulanan yang akan dirilis Jumat ini akan menjadi indikator penting yang dapat memengaruhi laju pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Laporan sebelumnya tentang melambatnya perekrutan telah memicu penurunan pasar pada awal bulan lalu, namun saham segera pulih untuk mendekati posisi tertingginya.Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, bank sentral berencana untuk mengambil tindakan guna mencegah pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja AS. Namun, beberapa investor khawatir tindakan ini mungkin sudah terlambat untuk menghindari resesi. Muncul keraguan apakah langkah The Fed akan cukup efektif untuk meredakan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS.