IHSG Ambruk 1% dan Gagal Bertahan di 7.700-an, Ini Biang Keroknya
Sep 3, 2024 at 9:32 AM
Tekanan Berulang pada IHSG, Sinyal Pelemahan Ekonomi yang Perlu Diwaspadai
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam perdagangan Selasa (2/9/2024). Hal ini terjadi di tengah adanya kabar kurang menggembirakan dari data ekonomi dalam negeri yang baru-baru ini dirilis.Waspada, Indikator Ekonomi Menunjukkan Sinyal Negatif
Manufaktur Terus Tertekan, Daya Beli Masyarakat Diragukan
Data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, yaitu pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9). Ini merupakan level terendah sejak Agustus 2021. Kondisi ini memicu kekhawatiran karena sektor manufaktur menyumbang banyak bagi perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Penurunan PMI manufaktur juga dapat menjadi nilai tambah yang kurang baik bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang masa jabatannya yang akan segera berakhir pada bulan Oktober mendatang.Selain itu, data inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2024 juga mencatatkan deflasi selama empat bulan beruntun secara bulanan. Kondisi ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Deflasi yang berkelanjutan ini menegaskan adanya sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa deflasi ini dipengaruhi oleh perbaikan pasokan pangan, namun juga dapat menjadi indikasi menurunnya daya beli masyarakat.Sektor Teknologi Menjadi Penekan Utama IHSG
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi sektor yang mengalami koreksi paling dalam dan menjadi penekan terbesar bagi IHSG di akhir perdagangan hari ini, yaitu mencapai 3,04%. Saham-saham sektor teknologi yang menjadi penekan utama antara lain saham energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang berkontribusi 19,8 indeks poin terhadap penurunan IHSG.Selain itu, saham-saham besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga memberikan tekanan masing-masing sebesar 11,7 indeks poin dan 7,2 indeks poin terhadap IHSG. Ini menunjukkan bahwa sentimen negatif masih cukup kuat mempengaruhi pergerakan IHSG secara keseluruhan.IHSG Gagal Bertahan di Level Psikologis
Pergerakan IHSG pada perdagangan Selasa (2/9/2024) ditutup ambles 1,01% ke posisi 7.616,52. Padahal di awal sesi I hari ini, IHSG sempat berada di posisi 7.700-an, namun tidak mampu bertahan di level psikologis tersebut. Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan 22 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali.Sebanyak 227 saham terapresiasi, 364 saham terdepresiasi, dan 202 saham stabil. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan jual lebih besar dibandingkan dengan tekanan beli, yang memicu pelemahan IHSG secara keseluruhan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian para investor dan pelaku pasar modal, mengingat IHSG gagal bertahan di level yang dianggap penting secara psikologis.