Jakarta, CNBC Indonesia – Surat Berharga Negara (SBN) baik yang bertipe obligasi atau sukuk adalah jenis aset investasi yang dapat menghasilkan pendapatan pasif seperti deposito. Oleh karena itu, aset ini sering disebut sebagai instrumen pendapatan tetap.
Obligasi sering disebut sebagai surat utang karena instrumen ini berbasis utang.
Namun, sukuk lebih sering disebut surat berharga karena dalam syariat Islam, bunga atas utang dilarang. Maka dari itu, istilah “pembiayaan” lebih tepat digunakan untuk instrumen syariah ini.
Sebagai investor, kita bisa membeli obligasi dan sukuk. Namun, pembelian ini biasanya dilakukan secara lumpsum atau sekali bayar.
Jika modal investasi kita terbatas, imbal hasil yang didapat dari instrumen ini mungkin tidak terlalu menarik.
Alternatif lain untuk memiliki instrumen keuangan dengan imbal hasil mirip obligasi adalah dengan membeli reksa dana pendapatan tetap.
Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang sebagian besar portofolionya didominasi oleh instrumen pendapatan tetap, baik itu sukuk maupun surat utang jangka panjang. Dengan ini, Anda bisa mendapatkan portofolio investasi dengan return yang mirip dengan instrumen pendapatan tetap tersebut.
Jenis reksa dana pendapatan tetap bisa berupa syariah yang berbasis sukuk maupun konvensional. Selain itu, komposisi obligasinya bisa didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) atau Surat Utang Korporasi.
Kedua hal tersebut tentu akan mempengaruhi risiko dari reksa dana pendapatan tetap yang bersangkutan.
Ketika sebagian besar aset yang ada di reksa dana itu adalah SBN, maka fluktuasi nilai reksa dana tersebut akan terlihat fluktuatif lantaran SBN merupakan aset yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder.
Sementar itu obligasi korporasi juga kerap diperdagangkan, namun volumenya tidak sebesar SBN.
Lantas bagaimanakah kesimpulannya?
Jika Anda membeli obligasi secara langsung, maka usai obligasi jatuh tempo, investasi Anda akan selesai dan modal Anda akan dikembalikan. Namun jika Anda membelinya lewat reksa dana, obligasi-obligasi jatuh tempo yang ada di portofolio akan diganti oleh obligasi baru oleh manajer investasi pengelola reksa dana itu.
Pada intinya, reksa dana maupun obligasi langsung adalah sama-sama instrumen investasi yang baik. Hanya saja, peruntukkan investasi ini cukup berbeda.
Jika Anda menginginkan pendapatan pasif secara rutin dan Anda sendiri memiliki modal besar, memilih obligasi langsung tentu akan sangat menguntungkan.
Namun jika Anda memiliki modal yang relatif lebih kecil dan ingin berinvestasi secara rutin, maka reksa dana adalah jawabannya.
Tertarik mempelajarinya obligasi atau reksa dana secara mendalam? Ikuti Kelas Cuan, Belajar Investasi dari 0 Agar Hidup Gak Serba Ngutang dan Makan Tabungan.
Acara akan diselenggarakan pada 27 Juli 2024 secara online. Anda bisa langsung mendaftarkan diri di sini.
(aak/aak)
Next Article
Dolar Tembus 16.200, Investasi Minim Risiko Ini Menarik Dicoba?