Bangkit dari Kehancuran: Kisah Kebangkitan Kerajaan Bisnis Salim
Kerajaan bisnis Salim Group, yang dahulu pernah menjadi salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, sempat mengalami kehancuran yang menghebohkan pada tahun 1998. Namun, setelah melalui masa-masa sulit, grup bisnis ini kini telah bangkit kembali dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di negeri ini.Menyingkap Kebangkitan Kerajaan Bisnis Salim dari Keterpurukan
Awal Mula Kerajaan Bisnis Salim
Kerajaan bisnis Salim Group berawal dari Lim Sioe Liong, atau yang lebih dikenal sebagai Sudono Liem, seorang pengusaha impor cengkeh dan logistik tentara yang dekat dengan Presiden Soeharto. Melalui jaringan bisnisnya yang luas, Liem berhasil menjalin kerjasama dengan Soeharto, yang pada saat itu menjadi Kolonel. Keduanya terlibat dalam hubungan saling menguntungkan, di mana Soeharto melindungi bisnis Liem, sementara Liem menyalurkan dana kepada Soeharto, keluarga, dan kroni-kroninya.Selama tiga dekade, Salim Group berhasil membangun tiga kerajaan bisnis utama di sektor perbankan (Bank Central Asia atau BCA), bangunan (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood). Keberhasilan ini menjadikan Liem sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.Kehancuran yang Mengejutkan
Namun, kejayaan Salim Group tiba-tiba runtuh dalam waktu beberapa hari saja pada Mei 1998, di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia. Kedekatan Liem dengan Soeharto menjadi bumerang bagi bisnisnya, karena munculnya sentimen anti-Soeharto di tengah masyarakat. Rakyat yang mengetahui hubungan keduanya menjadikan Salim sebagai sasaran amukan.Pada 13 Mei 1998, Jakarta dan sekitarnya dilanda kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran terhadap rumah, bangunan pertokoan, dan kendaraan milik orang Tionghoa, termasuk milik Salim. Rumah mewah Liem di kawasan Roxy pun dibakar habis oleh massa yang marah. Sementara itu, Anthony Salim, putra Liem yang saat itu berada di kantor Indocement, tidak berani pulang ke rumah karena khawatir akan menjadi sasaran.Akibat kerusuhan tersebut, BCA, yang merupakan salah satu kerajaan bisnis Salim, mengalami kerugian parah. Tercatat ada 122 cabang yang rusak, 17 kantor terbakar habis, 26 cabang dirusak dan dijarah, serta 150 ATM yang dirusak dan diambil uang tunainya. Selain BCA, pabrik Indofood di Solo juga dijarah dan dibakar, sementara pusat distribusinya di Tangerang juga hancur.Bangkit dari Keterpurukan
Setelah Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, BCA diambil alih oleh pemerintah karena kondisi keuangannya yang semakin memburuk. Pengambilalihan ini bertujuan untuk menyelamatkan BCA agar tidak jatuh lebih dalam. Sejak saat itu, BCA tidak lagi menjadi milik keluarga Salim, dan Salim hanya mengandalkan Indofood untuk menghidupi kembali mesin-mesin kekayaannya.Namun, 26 tahun setelah kejadian memilukan itu, bisnis keluarga Salim telah berjaya kembali. Berdasarkan data Forbes, Anthony Salim dan keluarga merupakan orang terkaya kelima di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$ 10,3 miliar atau setara Rp 165,35 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa Salim Group telah berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di Indonesia.