Waspada Efek Perang ke Harga Komoditas, Gimana Nasib Batu Bara-CPO RI?

Aug 7, 2024 at 9:40 AM

Dampak Perang Timur Tengah pada Harga Komoditas Batu Bara dan CPO Indonesia

Perang di Timur Tengah telah menjadi perhatian global, tidak hanya karena dampak kemanusiaan yang tragis, tetapi juga karena implikasinya terhadap pasar komoditas internasional. Sebagai salah satu produsen utama batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) di dunia, Indonesia tidak luput dari pengaruh gejolak geopolitik ini. Dalam dialog eksklusif dengan CNBC Indonesia, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), Banjaran Surya Indrastomo, mengupas dampak perang Timur Tengah terhadap harga komoditas strategis Indonesia.

Mengamankan Pasokan dan Harga Komoditas di Tengah Gejolak Geopolitik

Batu Bara: Tren Perlambatan Harga Tetap Berlanjut

Meskipun perang Timur Tengah telah memicu kekhawatiran akan gejolak harga komoditas, Banjaran menegaskan bahwa dampaknya terhadap harga batu bara Indonesia tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan harga batu bara lebih dipengaruhi oleh faktor pasokan dan permintaan, serta rantai pasok, daripada gejolak geopolitik.Saat ini, harga batu bara masih berada dalam tren perlambatan. Banjaran menjelaskan bahwa ketika rantai pasokan telah pulih dan kebutuhan batu bara di musim panas tidak terlalu tinggi, maka efek perang Timur Tengah terhadap harga batu bara akan terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa faktor fundamental pasar batu bara tetap menjadi penentu utama pergerakan harganya.

CPO: Mendorong Produktivitas untuk Menjaga Harga dan Pasokan

Berbeda dengan batu bara, harga CPO Indonesia lebih sensitif terhadap dinamika geopolitik. Sebagai produsen terbesar CPO di dunia, Indonesia harus mewaspadai dampak perang Timur Tengah terhadap permintaan dan pasokan ekspor CPO.Banjaran menekankan bahwa saat ini kebutuhan CPO dalam negeri untuk program B40 semakin besar. Oleh karena itu, upaya untuk mendorong produktivitas menjadi kunci dalam menjaga harga dan mengamankan pasokan CPO. Dengan meningkatkan produktivitas, Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik sekaligus menjaga daya saing ekspor CPO di pasar global.

Memperkuat Ketahanan Pasokan Energi dan Pangan

Selain dampak langsung pada harga komoditas, perang Timur Tengah juga dapat memicu gejolak pada pasokan energi dan pangan global. Banjaran menekankan pentingnya Indonesia memperkuat ketahanan pasokan energi dan pangan untuk menghadapi tantangan ini.Dalam hal energi, diversifikasi sumber pasokan dan peningkatan produksi dalam negeri menjadi langkah strategis. Sementara untuk pangan, upaya peningkatan produktivitas pertanian dan penguatan rantai pasok pangan nasional perlu terus dioptimalkan.Dengan langkah-langkah ini, Indonesia diharapkan dapat memitigasi risiko gejolak pasokan energi dan pangan akibat konflik geopolitik di Timur Tengah. Ketahanan pasokan energi dan pangan yang kuat akan menjadi fondasi penting bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Memperkuat Diplomasi Ekonomi untuk Lindungi Kepentingan Nasional

Selain upaya internal, Banjaran juga menekankan pentingnya diplomasi ekonomi yang aktif untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia di tengah gejolak geopolitik. Kerja sama internasional, baik bilateral maupun multilateral, dapat menjadi sarana untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga komoditas strategis.Melalui diplomasi ekonomi, Indonesia dapat membangun jejaring dan mekanisme yang lebih kuat untuk mengamankan akses pasar, diversifikasi sumber pasokan, serta memperkuat posisi tawar dalam negosiasi perdagangan internasional. Hal ini akan membantu Indonesia mengelola risiko dan memanfaatkan peluang di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.Dengan kombinasi langkah-langkah internal dan eksternal, Indonesia diharapkan dapat mengelola dampak perang Timur Tengah terhadap harga komoditas strategis secara efektif. Ketahanan pasokan energi dan pangan, serta diplomasi ekonomi yang aktif, akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di tengah gejolak geopolitik global.