Sentimen Pasar Negatif, IHSG Terperangkap Dalam Bayang-bayang September Effect
Pada awal perdagangan sesi I Rabu (4/9/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan merosot tajam, mencerminkan memburuknya sentimen pasar secara keseluruhan. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran investor terkait data aktivitas pabrik terbaru dan laporan pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan.Aksi Jual Kembali Menanti di Bulan September
Pelemahan IHSG di Awal Perdagangan
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka merosot 0,85% ke posisi 7.551,91. Hanya dalam selang lima menit setelah dibuka, IHSG cenderung terpangkas, meluncur 0,37% ke 7.588,01. Lebih lanjut, IHSG terkoreksi ke level psikologis 7.500, menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan.Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini telah mencapai sekitar Rp 815 miliar, dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 90.596 kali. Pola ini mengindikasikan aktivitas perdagangan yang cukup tinggi di awal hari ini.Sentimen Pasar yang Cenderung Negatif
Pergerakan IHSG pada hari ini diperkirakan akan diwarnai oleh sentimen pasar yang mengarah ke negatif. Hal ini didorong oleh data terbaru dari Amerika Serikat (AS), di mana bursa saham Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan kemarin.Indeks Dow Jones ambruk 1,51%, diikuti oleh S&P 500 yang anjlok 2,12%, serta Nasdaq Composite yang jatuh 3,26%. Investor menilai data aktivitas pabrik terbaru serta serangkaian laporan pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis dapat memengaruhi tingkat pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tahun ini.Aktivitas Manufaktur AS Masih Terkontraksi
Aktivitas manufaktur AS naik tipis pada Agustus, dari level terendah delapan Juli, di tengah beberapa perbaikan dalam ketenagakerjaan. Namun, tren keseluruhan masih menunjukkan aktivitas pabrik yang lesu.Berdasarkan laporan ISM Manufaktur, PMI Manufaktur AS tercatat di level kontraksi 47,2% pada periode Agustus 2024, naik 0,4 poin persentase dari 46,8% yang tercatat pada periode Juli. Hal ini mengindikasikan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur mengalami kontraksi lima bulan berturut-turut dan ke-21 kalinya dalam 22 bulan terakhir.Pasar Tenaga Kerja Menjadi Sorotan
Kini para pelaku pasar sedang menunggu sejumlah laporan pasar tenaga kerja yang akan dirilis akhir pekan ini, menjelang data penggajian nonpertanian untuk periode Agustus pada Jumat. Pasar tenaga kerja menjadi sorotan lebih besar, setelah laporan Juli mengisyaratkan perlambatan yang lebih besar dari yang diperkirakan, yang akibatnya memicu aksi jual global pada aset-aset berisiko.Pertemuan bank sentral AS akhir bulan ini akan dicermati dengan saksama, menyusul dukungan terbaru dari Ketua Jerome Powell untuk penyesuaian kebijakan yang akan datang. Peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) berada di angka 63%, sementara peluang untuk penurunan yang lebih besar sebesar 50 bp berada di angka 37%.Bayang-bayang September Effect
Di sisi lain, periode perdagangan saham di September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect. Hal ini juga cenderung terjadi di IHSG.Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali, sementara tujuh sisanya ambruk. Namun, ada harapan jika IHSG akan mencatat kinerja positif pada September, karena ada kemungkinan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September.Jika hal ini terjadi, maka IHSG kemungkinan akan mencatat kinerja positif meski ada September Effect. Hal ini dapat menjadi angin segar bagi investor, di tengah situasi pasar yang terlihat semakin memburuk.