Timah (TINS) Pecah Rekor Produksi 2019, Apa Peran Harvey Moeis?
Sep 3, 2024 at 7:15 AM
PT Timah (TINS) Bangkit dari Bayang-bayang Kasus Korupsi Rp 271 T
Dalam artikel ini, kita akan menyelidiki bagaimana PT Timah (TINS), perusahaan pertambangan logam timah terbesar di Indonesia, berhasil bangkit dari bayang-bayang kasus korupsi senilai Rp 271 triliun yang mendera perusahaan ini di masa lalu. Kita akan melihat bagaimana manajemen baru TINS mampu memulihkan kinerja perusahaan dan meningkatkan produktivitas dengan mengadopsi strategi inovatif dan memperkuat kemitraan dengan pihak swasta.Bangkitnya Raksasa Pertambangan Timah Nasional
Menaklukkan Tantangan Penambangan Ilegal
Pada tahun 2019, PT Timah mencatat peningkatan produksi yang signifikan, mencapai 76.389 metrik ton logam timah. Mantan Kepala Bidang Pengawasan Tambang dan Pengangkutan PT Timah, Musda Anshori, mengungkapkan bahwa peningkatan ini terjadi seiring dengan maraknya aktivitas penambangan ilegal yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun badan hukum tanpa izin resmi. Penambangan ilegal ini dilakukan menggunakan berbagai alat berat dan teknologi canggih, sehingga mampu menghasilkan volume produksi yang tinggi.Untuk menghadapi tantangan ini, PT Timah menjalin perjanjian dengan lima smelter swasta, memberikan jatah lima persen produksi bijih timah dari kuota ekspor smelter swasta dan menyewa peralatan processing untuk penglogaman timah. Strategi ini terbukti efektif dalam meningkatkan produksi timah perusahaan, meski sebagian besar berasal dari kompetitor.Memperkuat Kerjasama dengan Pihak Swasta
Menurut Kuasa Hukum Harvey Moeis, istri Sandra Dewi yang diketahui menjadi perpanjangan tangan para direksi PT Refined Bangka Tin (RBT), kerja sama dengan pihak swasta ini diperlukan untuk mencapai target menjadi pengekspor timah terbesar di dunia. Dengan keterbatasan infrastruktur yang dimiliki, PT Timah harus mencari cara untuk bekerjasama dengan pihak ketiga, yaitu perusahaan-perusahaan swasta.Strategi ini terbukti efektif, dengan PT RBT menjadi bagian penting dalam pencapaian target produksi dan penjualan timah PT Timah pada tahun 2019. Pada tahun tersebut, TINS mencatatkan produksi logam timah sebanyak 76.389 metrik ton dan volume penjualan sebanyak 67.704 metrik ton dengan harga jual rata-rata US$18,569/ton.Pemulihan Kinerja Operasional
Meskipun berhasil mencapai rekor produksi pada tahun 2019, tren produksi logam timah PT Timah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Produksi logam timah TINS pada 2020 mencapai 45.698 metrik ton, 2021 sebesar 26.465 metrik ton, 2022 sebesar 19.825 metrik ton, dan 2023 sebesar 15.340 metrik ton.Penurunan ini diduga terkait dengan masih adanya isu penambangan ilegal yang sulit dikendalikan, serta dampak pandemi COVID-19 yang turut mempengaruhi sektor pertambangan. Namun, manajemen baru TINS terus berupaya untuk memulihkan kinerja operasional dengan melakukan investasi di bidang eksplorasi, pengembangan teknologi, dan perbaikan infrastruktur.Menghadapi Bayang-bayang Korupsi
Di tengah upaya pemulihan kinerja, PT Timah juga harus menghadapi bayang-bayang kasus korupsi senilai Rp 271 triliun yang pernah mendera perusahaan. Kasus ini telah menyeret beberapa mantan petinggi TINS dan berdampak signifikan terhadap reputasi serta kepercayaan publik terhadap perusahaan.Dengan kepemimpinan baru, TINS berkomitmen untuk mengembalikan kepercayaan para pemangku kepentingan melalui langkah-langkah transparansi, tata kelola perusahaan yang baik, dan upaya pemberantasan korupsi secara berkelanjutan. Hal ini diharapkan dapat memulihkan citra TINS sebagai salah satu perusahaan pertambangan terkemuka di Indonesia.