Investor Panik dan Pantau Ketat Ekonomi AS, Bursa Asia Ambruk

Sep 4, 2024 at 1:45 AM

Ekonomi AS Melemah, Bursa Asia Terperosok Ke Zona Merah

Kabar buruk menerpa perdagangan bursa Asia pagi ini. Lima indeks utama di kawasan Asia melorot seiring dengan melemahnya pasar Wall Street. Kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi AS dan sektor teknologi yang tertekan menjadi pemicu utama volatilitas yang mengguncang pasar saham global.

Siap-siap Hadapi Badai Ekonomi Global

Kontraksi Manufaktur AS Ciptakan Ketidakpastian

Data aktivitas manufaktur AS yang dirilis pada Selasa (4/9/2024) mencatat kontraksi untuk kelima kalinya secara beruntun. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS tercatat di level 47,2%, naik 0,4 poin dari bulan sebelumnya namun masih berada di bawah ambang batas 50% yang memisahkan ekspansi dan kontraksi. Penurunan pada komponen-komponen seperti pesanan baru dan peningkatan inventaris menunjukkan sektor manufaktur AS masih berpotensi mengalami kelemahan dalam beberapa waktu ke depan.Kondisi ini tak lepas dari dinamika ekonomi global yang semakin bergejolak. Perang dagang AS-China, kenaikan suku bunga The Fed, serta ketidakpastian geopolitik menjadi faktor-faktor yang menggerus aktivitas manufaktur di negeri Paman Sam. Meski demikian, pasar masih memperkirakan The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan September mendatang.

Neraca Perdagangan AS Disorot

Selain data manufaktur, pasar juga akan mencermati perkembangan neraca perdagangan AS pada Juli 2024 yang akan dirilis hari ini. Sebelumnya, defisit perdagangan AS sempat menyempit menjadi US$73,1 miliar pada Juni 2024, turun dari level tertinggi 20 bulan sebesar US$75 miliar di bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih di atas ekspektasi pasar sebesar US$72,5 miliar.Neraca perdagangan AS menjadi indikator penting untuk mengukur daya saing produk-produk Amerika di pasar global. Defisit perdagangan yang melebar dapat menjadi sinyal melemahnya kinerja ekspor, yang pada gilirannya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik. Oleh karena itu, pemrosesan data neraca perdagangan Pemerintah AS hari ini akan menjadi sorotan utama bagi pelaku pasar.

Ekonomi China Terus Bergulat

Tak hanya AS, data ekonomi China juga akan menjadi perhatian khusus bagi investor. Pada hari yang sama, Tiongkok akan merilis data PMI Jasa Umum Caixin untuk bulan Agustus 2024. Sebelumnya, indikator ini tercatat naik menjadi 52,1 pada Juli 2024 dari 51,2 di bulan Juni, melampaui ekspektasi pasar.Meski menunjukkan pertumbuhan, level PMI Jasa Caixin masih berada di bawah level optimal 53. Hal ini mengindikasikan ekonomi China masih harus berjuang untuk memperkuat pemulihan sektor jasa, yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu. Pelambatan di sektor manufaktur dan jasa dapat menjadi risiko baru bagi China untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Australia Berkelit dari Ancaman Resesi

Selain AS dan China, data ekonomi Australia juga akan menjadi perhatian. Pada hari yang sama, pemerintah Australia akan merilis angka Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2024. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Australia akan meningkat menjadi 0,3% secara kuartalan, naik dari 0,1% di kuartal sebelumnya.Meski demikian, pertumbuhan tahunan diperkirakan tetap stabil di level 1,0%. Perlambatan ekonomi global yang terjadi tampaknya belum cukup kuat untuk mendorong Australia masuk jurang resesi. Namun, investor tetap akan mengamati erat-erat apakah perekonomian Kangguru Raksasa mampu bertahan di tengah badai ekonomi yang mengguncang kawasan Asia Pasifik.Data-data ekonomi yang dirilis hari ini akan menjadi sentimen utama bagi pergerakan bursa saham Asia sepanjang perdagangan hari ini. Investor perlu waspada, karena potensi volatilitas yang tinggi masih akan menghantui pasar dalam jangka pendek.