Investor Tunggu Rilis Laba Big Tech, Wall Street Dibuka Cerah

Jul 23, 2024 at 2:18 PM




Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street terpantau cenderung bervariasi dengan mayoritas menguat pada awal sesi Selasa (23/7/2024), karena investor menanti rilis kinerja keuangan kuartal II-2024 big tech, terutama dari Alphabet dan Tesla di kemudian hari.

Investor menantinya untuk menilai apakah rekor reli pasar baru-baru ini masih memiliki momentum.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,13% ke posisi 40.364,81. Namun indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite kembali menguat di awal sesi I Selasa. S&P 500 naik 0,11% keke 5.570,54, dan Nasdaq menguat 0,17% menjadi 18.038,39.

Meski S&P 500 dan Nasdaq kembali menguat, tetapi penguatannya sudah cenderung terpangkas dari penutupan perdagangan Senin kemarin.

Alphabet (Google) dan Tesla akan melaporkan kinerja kuartal II-2024 setelah penutupan perdagangan Selasa. Laporan-laporan tersebut akan menandai pandangan pertama pelaku pasar di Wall Street mengenai bagaimana nasib nama-nama besar yang terkait dengan teknologi selama kuartal kedua tahun ini.

Sementara itu, General Motors (GM) membukukan kinerja kuartal II-2024 yang mengalahkan ekspektasi analis, namun sahamnya merosot 3%.

Musim laporan laba pada kuartal II-2024 dimulai dengan awal yang baik. Sekitar 20% dari perusahaan di S&P 500 telah membukukan hasil kuartal II-2024, dengan 80% di antaranya melampaui ekspektasi, berdasarkan data dari FactSet.

Pergerakan tersebut mengikuti hari kemenangan di Wall Street, karena saham-saham teknologi berhasil rebound dari aksi jual pelaku pasar pada pekan lalu.

Peralihan ke saham-saham berkapitalisasi kecil juga terjadi ketika investor semakin bersemangat bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan segera mulai menurunkan suku bunga, sebuah langkah yang dipandang sangat membantu bagi perusahaan-perusahaan kecil dan lebih berorientasi pada siklus.

Larry Tentarelli, kepala strategi teknikal di Blue Chip Daily Trend Report mengatakan bahwa perpindahan dari saham-saham teknologi megacap ke saham-saham berkapitalisasi kecil yang terlihat pada pekan lalu dinilai masih wajar.

Dia mengatakan kenaikan besar pada Senin kemarin adalah bagian dari upaya investor untuk mengantisipasi laporan pendapatan yang berpotensi positif selama beberapa hari ke depan dan pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

“Saya yakin cerita rotasi ini masih utuh. Jika kita mendapatkan laporan inflasi yang bullish, saya pikir Anda bisa melihat kenaikan lainnya pada saham-saham berkapitalisasi kecil dan bank-bank,” ujar kata Tentarelli, dikutip dari CNBC International.

Data inflasi PCE kini ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar karena akan menggambarkan kondisi inflasi dari sisi selain inflasi utama. Inflasi PCE sendiri juga menjadi ukuran inflasi favorit The Fed, sehingga data tersebut akan mempengaruhi sikap The Fed kedepannya.

Tetapi, pasar semakin optimis bahwa suku bunga The Fed dapat mulai dipangkas pada pertemuan September mendatang, atau dua bulan lagi.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan memulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang mencapai 93,6%.

Sedangkan di pertemuan November, pasar juga memprediksi The Fed memangkas suku bunga untuk kedua kalinya yang mencapai 53,1%. Kemudian pada pertemuan terakhir di 2024 tepatnya pada Desember, pasar yang memprediksi The Fed kembali memangkas suku bunga ketiga kalinya mencapai 47,7%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indeks S&P 500 Cetak Rekor, Didorong Saham Nvidia



Next Article



Yield Treasury Melesat, Wall Street Dibuka Berjatuhan