Kacau! 18 Saham Ini Harganya Kurang dari Rp 10, Bahkan Ada 3 yang Rp 1

Sep 3, 2024 at 6:15 AM
Single Slide

Saham di Bawah Rp 10 Semakin Terpinggirkan, Benarkah Menyimpan Potensi?

Dalam beberapa tahun terakhir, bursa saham Indonesia telah menyaksikan perubahan signifikan pada dinamika saham-saham dengan harga di bawah Rp 10 per lembar. Jumlah emiten yang terjebak di zona ini terus berkurang, mengindikasikan adanya upaya penyehatan pasar. Namun, benarkah saham-saham tersebut sudah tidak memiliki potensi? Mari kita kupas lebih dalam mengenai fenomena ini.

Temukan Peluang di Balik Saham Bernilai Rendah

Pergeseran Papan Pemantauan Khusus

Dalam satu tahun terakhir, jumlah saham dengan harga di bawah Rp 10 per lembar telah berkurang secara signifikan. Jika pada awal Juni 2023 tercatat masih ada 39 saham dalam kelompok ini, kini tinggal hanya 18 saham yang tersisa. Hal ini menunjukkan adanya upaya dari bursa untuk membersihkan papan perdagangan dari emiten-emiten yang dinilai kurang sehat.Perubahan ini tidak terlepas dari kebijakan bursa yang mulai memberlakukan perdagangan menggunakan sistem Full Periodic Call Auction (FCA) bagi saham-saham di papan pemantauan khusus. Sistem ini membatasi pergerakan harga saham hanya berdasarkan Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV), sehingga fluktuasi harga cenderung terbatas.Dengan adanya pemberlakuan FCA, potensi bagi saham-saham di papan pemantauan khusus untuk menyentuh harga Rp 1 per lembar menjadi semakin besar. Namun, bursa tidak akan serta merta melakukan delisting terhadap emiten-emiten tersebut. Pihak bursa akan melakukan evaluasi lebih lanjut, terutama terkait dengan penyebab ekuitas negatif yang dimiliki oleh perusahaan.

Menyisir Peluang di Antara Saham Murah

Meski jumlah saham di bawah Rp 10 per lembar semakin berkurang, bukan berarti tidak ada lagi peluang yang dapat digali. Justru, di antara 18 saham yang tersisa, beberapa di antaranya dapat menjadi menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.Misalnya, tiga saham yang saat ini masih bertengger di level Rp 1 per lembar, yaitu PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT), PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), dan PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT). Meskipun berada di zona yang sangat rendah, perubahan fundamental dapat membuka kemungkinan kenaikan harga yang signifikan.Selain itu, terdapat juga beberapa saham yang berada di kisaran Rp 6-9 per lembar, seperti PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Buana Artha Anugerah Tbk (BAAS), dan PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS). Saham-saham dengan harga cukup rendah ini dapat menjadi target investor yang berani mengambil risiko demi mendapatkan imbal hasil yang menarik.Tentu saja, dalam berinvestasi pada saham-saham murah, diperlukan analisis yang mendalam dan pemahaman yang komprehensif terhadap kondisi fundamental perusahaan. Investor harus mampu membedakan antara saham dengan prospek bagus namun terpuruk sementara, dan saham yang memang sudah kehilangan daya saing.

Papan Pemantauan Khusus: Mencari Potensi di Balik Bayang-bayang

Selain saham-saham dengan harga di bawah Rp 10 per lembar, bursa juga telah memberlakukan papan pemantauan khusus bagi emiten-emiten yang tidak memenuhi beberapa persyaratan untuk tetap tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).Salah satu kriteria utama adalah kepemilikan ekuitas atau modal negatif. Meskipun demikian, bursa tidak akan serta merta melakukan delisting terhadap saham-saham tersebut. Pihak bursa akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan langkah yang tepat.Bagi investor yang berani mengambil risiko, papan pemantauan khusus dapat menjadi ladang eksplorasi yang menarik. Meskipun pergerakan harga saham cenderung terbatas, namun potensi lonjakan harga yang signifikan tetap ada apabila emiten mampu memperbaiki kinerja dan memenuhi persyaratan pencatatan.Selain saham-saham dengan harga rendah, bursa juga membuka kemungkinan bagi saham berkapitalisasi besar (blue chip) untuk masuk ke papan pemantauan khusus jika memenuhi beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa papan pemantauan khusus tidak hanya didominasi oleh saham-saham bernilai rendah, melainkan juga dapat mencakup emiten-emiten berkualitas yang sedang mengalami kondisi sulit.

Prospek Masa Depan: Menyaring Potensi di Antara Saham Murah

Meskipun jumlah saham di bawah Rp 10 per lembar terus berkurang, bukan berarti potensi investasi di pasar modal Indonesia telah habis. Justru, di antara emiten-emiten yang tersisa, terdapat peluang menarik bagi investor yang mampu menyeleksi dengan cermat.Upaya bursa untuk membersihkan papan perdagangan dari emiten-emiten yang kurang sehat patut diapresiasi. Hal ini dapat mendorong peningkatan kualitas investasi di pasar modal, sehingga pasar dapat bergerak lebih sehat dan stabil.Namun, perlu diingat bahwa tidak semua saham murah adalah buruk. Terdapat beberapa emiten yang memiliki prospek bagus namun terpuruk sementara, sehingga harga sahamnya terdiskon. Bagi investor yang jeli, saham-saham ini dapat menjadi ladang investasi yang menjanjikan.Dengan tetap mengedepankan analisis fundamental yang komprehensif, investor dapat menemukan potensi di balik saham-saham bernilai rendah. Meskipun pergerakan harga di papan pemantauan khusus cenderung terbatas, namun peluang kenaikan yang signifikan tetap terbuka bagi emiten-emiten yang mampu memperbaiki kinerjanya.Pada akhirnya, pasar modal Indonesia masih menyimpan banyak peluang bagi investor yang jeli dan berani mengambil risiko. Dengan pemahaman yang baik dan analisis yang cermat, saham-saham murah dapat menjadi pintu masuk menuju imbal hasil yang menarik di masa mendatang.